“Uh, gue
sebel banget!!!” teriak Rhea dengan keras sambil membanting pintu kamar
sobatnya, Doni.
“Rhe, jangan
banting-banting dong! Kenapa lagi sih?” kata Doni.
“Tu, si
Andre. Lagi-lagi batalin janjinya sama gue. Katanya dia ada janji nemenin mamanya
ke supermarket,” omel Rhea.
“Ya nggak pa
pa dong Rhe. Itu kan mamanya. Wajar dong kalau dia ngebatalin janjinya sama lo
demi mamanya,” jelas Doni panjang lebar.
“Emang sih
lo bener juga, tapi ini bukan yang pertama kali. Dia serin banget ngeutamain
orang lain daripada gue,” omel Rhea lagi.
“Mungkin dia
nganggap lo oke-oke aja kali kalau dia batalin janji. Soalnya selama ini lo kan
nggak pernah complain ke dia, malahan marah-marah ke gue,” jelas Doni lagi.
“Iya juga
sih,” piker Rhea.
“Ya udah,
makanya lo yang sabar aja jadi pacarnya Andre. Kalau malas ya putusin aja,”
komentar Doni lagi.
“Yeee, lo
mah keenakan ngomong aja,” komentar Rhea sambil menimpuk Doni dengan bantak.
“Woi, sakit
tauu!!” teriak Doni sambil membalas timpukan Rhea.
Keesokan
paginya yang cerah di sekolah Nusa Indah, tampak Rhea yang sedang duduk santai
di bawah pohon jambu yang rindang di depan kelasnya.
“Pagi Rhe!!”
sapa Andre, cowok yang sudah menjadi pacar Rhea selama 2 tahun ini.
“Pagi juga!”
balas Rhea sambil memberikan senyum termanisnya.
“Rhe, sekali
lagi aku minta maaf ya kalau udah ngebatalin janji kita kemarin,” kata Andre.
“Nggak pa pa
kok Ndre. Lagian itu mama kamu. Aku ngerti kok,” respon Rhea.
“Makasih
ya,” jawab Andre sambil mengenggam tangan Rhea.
Rhea pun
tersenyum.
“Oh yang
lagi senyum-senyum. Lagi seneng banget ya!” komentar Doni.
“Iya, tau
aja lo,” balas Rhea yang masih tersenyum lebar.
“Gimana
nggak tau. Elo nya senyam senyum sendiri sejak tadi. Semua orang tau kali elo
lagi happy,” timpal Doni.
“Oh ya Don,
nanti temenin gue ke Gramedia ya. Gue mau beli novel Esti Kinasih yang baru.
Mumpung uangnya dah kekumpul nih. Nanti kalau kelamaan, uang gue udah habis
duluan,” kata Rhea.
“Kenapa
nggak minta temenin Andre aja?” tanya Doni.
“Dia ada
latihan judo. Please… lo yang nemenin ya!” bujuk Rhea.
“Ya deh,”
angguk Doni setuju yang nggak tahan bilang nggak kalau Rhea udah mohon-mohon
kayak gini.
“Nanti
traktir ya.”
“Oke,” kata
Rhea.
Sore
harinya, Doni langsung menjemput Rhea ke rumahnya.
“Ma, Rhea
pergi dulu ya!” teriak Rhea.
“Tante, kami
pamit dulu ya,” kata Doni.
“Hati-hati
ya!” jawab mama Rhea.
Doni pun
menyetir mobilnya langsung menuju Gramedia.
“Don, lo
nggak beli apa-apa?” tanya Rhea.
“Nggak usah
deh, lagi males aja,” respon Doni.
“Menurut lo
mana yang bagus antara 2 novel ini?” tanya Rhea.
“Uhm…
Fairish aja deh,” jawab Doni.
“Darimana lo
tau itu yang bagus?” tanya Rhea.
“Gue dah
baca,” jawab Doni.
“Hah? Sejak
kapan lo suka baca novel kayak gini?” tanya Rhea heran.
“Waktu tu
sebenernya iseng aja ngeliatnya di kamar kakak gue. Trus karena lagi bosen, gue
baca deh,” timpal Doni.
“O..o..,”
timpal Rhea.
Doni dan
Rhea pun menuju kasir untuk membayar buku mereka.
“Lo mau
makan apa?” tanya Rhea.
“Terserah lo
aja deh,” jawab Doni.
“Gimana
kalau bakso ...,” omongan Rhea terputus.
“Kenapa
Rhe?” tanya Doni.
“Itu kan
Andre! Kenapa dia sama cewek lain?” tegas Rhea emosi.
“Siapa tau
cuma temen,” timpal Doni.
“Nggak
mungkinlah cuma temen. Pegangan tangan trus ngelus-ngelus kepalanya lagi,” kata
Rhea emosi.
Rhea pun
langsung berlari ke arah Andre dan cewek itu.
“Ndre,
ngapain kamu disini? Trus siapa cewek itu?” tanya Rhea emosi.
“Gue
pacarnya. Lo siapa?” jawab cewek itu.
“Gue adalah
cewek yang nggak penting dalam hidupnya lagi! Ndre, kita putus!!!” teriak Rhea
dan lari sekencang-kencangnya. Doni mengejarnya dari belakang.
“Rhe! Rhe!
Tunggu!” teriak Doni.
“Don, kenapa
dia tega? Kenapa?” tangis Rhea. “Gue udah pacaran selama 2 tahun sama dia. Dan
siapa tau dia udah ngebohongin gue selama ini.
“Rhe, cowok
kayak gitu nggak berguna untuk ditangisin. Lo cewek paling hebat yang pernah
gue kenal. Lo pasti akan lebih baik tanpa dia. Percaya sama gue!” kata Doni.
“Lo yakin
dengan itu?” tanya Rhea.
“Gue yakin.
Sekarang gue antar lo pulang ya,” kata Doni.
“Maaf ya, lo
nggak jadi gue traktir makan,” kata Rhea yang masih tersedu-sedu.
“Iya, nggak
pa pa,” kata Doni sambil tersenyum.
“Lo emang
sahabat gue yang paling baik,” kata Rhea.
“Ya iyalah,
kan gue sahabat lo satu-satunya. Siapa lagi yang lebih baik?” canda Doni.
Rhea pun
tertawa.
“Gitu dong,
ketawa. Tambah jelek kalau lo nangis,” kata Doni.
“Doni!!!”
teriak Rhea.
Hari demi
hari berlalu. Rhea masih susah untuk melupakan perasaan terluka yang
dihadapinya. Perasaan sakit yang susah untuk dibuangnya begitu saja. Bagi dia
cinta itu hanya akan membalasnya dengan sakit. Iya takut untuk jatuh cinta
lagi. Dia takut akan terluka.
“Rhe, kenapa
sih lo diam-diam mulu. Lo udah nggak kayak Rhea yang gue kenal dulu lagi,” kata
Doni.
“Mungkin
Rhea yang dulu itu udah pergi. Pergi jauh dan nggak akan bisa kembali lagi,”
balas Rhea.
“Rhe, lo
nggak akan selamanya kayak gini kan? Jangan simpan rasa sakit itu terlalu
lama,” kata Doni.
“Mungkin gue
akan buang rasa sakit ini kalau gue udah nemuin cowok yang nggak akan bikin gue
sakit hati lagi,” kata Rhea.
“Berarti
kalau lo udah nemuin cowok itu, lo bakal berhenti kayak gini terus?” tanya
Doni.
“Ya,” jawab
Rhea.
“Ok,” timpal
Doni dan kemudian lari begitu saja.
“Don, lo mau
kemana?” teriak Rhea.
Tapi Doni
tidak mengacuhkannya dan tetap berlari.
Sore itu turun
hujan yang sangat lebat. Rhea tetap menatap hujan itu dan berharap hujan itu
akan membasuh rasa sakitnya pergi.
“Rhea!!!”
teriak seseorang di luar.
“Doni?”
tanya Rhea heran. Rhea pun keluar dan membawa payung.
“Don,
ngapain lo disini? Hujan-hujanan lagi,” kata Rhea.
“Lo bilang
lo akan berhenti bersikap murung terus kalau ada cowok yang cinta dengan tulus
sama lo kan?” kata Doni.
“Iya, trus
maksud lo?” tanya Rhea.
“Gue adalah
cowok itu. Gue udah suka sama lo sejak pertama kali gue ngeliat lo. Setelah lo
jadi sobat gue, gue kira rasa itu akan hilang. Tapi rasa itu nggak pernah
hilang, dan perlahan berubah jadi cinta. Gue sakit hati waktu ngeliat lo sama
Andre. Tapi gue tahan rasa sakit itu asal lo bahagia,” jelas Doni.
“Trus
sekarang lo baru ngungkapin semuanya? Gimana kalau ini semua ngerusak
persahabatan kita? Gue nggak mau kehilangan lo,” jelas Rhea.
“Gue juga
nggak mau kehilangan persahabatan ini, tapi gue nggak tahan ngeliat lo kayak
gini terus,” kata Doni. “Gue nggak mau lo mengenal cinta hanya sebagai pembawa
rasa sakit hati. Gue nggak mau lo jatuh terus dalam hidup lo. Gue mau lo
bangkit. Gue mau lo kembali jadi diri lo yang sebenarnya.”
“Makasih
Don,” jawab Rhea. “Sekarang gue baru sadar kalau lo yang selalu ada buat gue.
Gue aja yang nggak nyadar selama ini.”
“Jadi, kamu
mau jadi pacar aku?” tanya Doni dengan muka serius.
“Yee, jangan
pake kamu aku dong! Aneh!” jelas Rhea.
“Jawabannya
apa dong?” tanya Doni lagi.
“ Iya deh…,”
jawab Rhea.
“Dan gue
janji hal ini nggak akan ngerusak persahabatan kita. Gue nggak akan nyakitin
lo. Karena lo yang membawa senyum di hari gue. Dan gue nggak akan membuat lo
jatuh lagi.”
0 comments:
Post a Comment