Tuesday, August 14, 2012

Cerpen by Me : "Jatuh..."

Posted by fannypiter at 6:33 PM
“Uh, gue sebel banget!!!” teriak Rhea dengan keras sambil membanting pintu kamar sobatnya, Doni.
“Rhe, jangan banting-banting dong! Kenapa lagi sih?” kata Doni.
“Tu, si Andre. Lagi-lagi batalin janjinya sama gue. Katanya dia ada janji nemenin mamanya ke supermarket,” omel Rhea.
“Ya nggak pa pa dong Rhe. Itu kan mamanya. Wajar dong kalau dia ngebatalin janjinya sama lo demi mamanya,” jelas Doni panjang lebar.
“Emang sih lo bener juga, tapi ini bukan yang pertama kali. Dia serin banget ngeutamain orang lain daripada gue,” omel Rhea lagi.
“Mungkin dia nganggap lo oke-oke aja kali kalau dia batalin janji. Soalnya selama ini lo kan nggak pernah complain ke dia, malahan marah-marah ke gue,” jelas Doni lagi.
“Iya juga sih,” piker Rhea.
“Ya udah, makanya lo yang sabar aja jadi pacarnya Andre. Kalau malas ya putusin aja,” komentar Doni lagi.
“Yeee, lo mah keenakan ngomong aja,” komentar Rhea sambil menimpuk Doni dengan bantak.
“Woi, sakit tauu!!” teriak Doni sambil membalas timpukan Rhea.

Keesokan paginya yang cerah di sekolah Nusa Indah, tampak Rhea yang sedang duduk santai di bawah pohon jambu yang rindang di depan kelasnya.
“Pagi Rhe!!” sapa Andre, cowok yang sudah menjadi pacar Rhea selama 2 tahun ini.
“Pagi juga!” balas Rhea sambil memberikan senyum termanisnya.
“Rhe, sekali lagi aku minta maaf ya kalau udah ngebatalin janji kita kemarin,” kata Andre.
“Nggak pa pa kok Ndre. Lagian itu mama kamu. Aku ngerti kok,” respon Rhea.
“Makasih ya,” jawab Andre sambil mengenggam tangan Rhea.
Rhea pun tersenyum.

“Oh yang lagi senyum-senyum. Lagi seneng banget ya!” komentar Doni.
“Iya, tau aja lo,” balas Rhea yang masih tersenyum lebar.
“Gimana nggak tau. Elo nya senyam senyum sendiri sejak tadi. Semua orang tau kali elo lagi happy,” timpal Doni.
“Oh ya Don, nanti temenin gue ke Gramedia ya. Gue mau beli novel Esti Kinasih yang baru. Mumpung uangnya dah kekumpul nih. Nanti kalau kelamaan, uang gue udah habis duluan,” kata Rhea.
“Kenapa nggak minta temenin Andre aja?” tanya Doni.
“Dia ada latihan judo. Please… lo yang nemenin ya!” bujuk Rhea.
“Ya deh,” angguk Doni setuju yang nggak tahan bilang nggak kalau Rhea udah mohon-mohon kayak gini.
“Nanti traktir ya.”
“Oke,” kata Rhea.

Sore harinya, Doni langsung menjemput Rhea ke rumahnya.
“Ma, Rhea pergi dulu ya!” teriak Rhea.
“Tante, kami pamit dulu ya,” kata Doni.
“Hati-hati ya!” jawab mama Rhea.
Doni pun menyetir mobilnya langsung menuju Gramedia.

“Don, lo nggak beli apa-apa?” tanya Rhea.
“Nggak usah deh, lagi males aja,” respon Doni.
“Menurut lo mana yang bagus antara 2 novel ini?” tanya Rhea.
“Uhm… Fairish aja deh,” jawab Doni.
“Darimana lo tau itu yang bagus?” tanya Rhea.
“Gue dah baca,” jawab Doni.
“Hah? Sejak kapan lo suka baca novel kayak gini?” tanya Rhea heran.
“Waktu tu sebenernya iseng aja ngeliatnya di kamar kakak gue. Trus karena lagi bosen, gue baca deh,” timpal Doni.
“O..o..,” timpal Rhea.
Doni dan Rhea pun menuju kasir untuk membayar buku mereka.

“Lo mau makan apa?” tanya Rhea.
“Terserah lo aja deh,” jawab Doni.
“Gimana kalau bakso ...,” omongan Rhea terputus.
“Kenapa Rhe?” tanya Doni.
“Itu kan Andre! Kenapa dia sama cewek lain?” tegas Rhea emosi.
“Siapa tau cuma temen,” timpal Doni.
“Nggak mungkinlah cuma temen. Pegangan tangan trus ngelus-ngelus kepalanya lagi,” kata Rhea emosi.
Rhea pun langsung berlari ke arah Andre dan cewek itu.

“Ndre, ngapain kamu disini? Trus siapa cewek itu?” tanya Rhea emosi.
“Gue pacarnya. Lo siapa?” jawab cewek itu.
“Gue adalah cewek yang nggak penting dalam hidupnya lagi! Ndre, kita putus!!!” teriak Rhea dan lari sekencang-kencangnya. Doni mengejarnya dari belakang.

“Rhe! Rhe! Tunggu!” teriak Doni.
“Don, kenapa dia tega? Kenapa?” tangis Rhea. “Gue udah pacaran selama 2 tahun sama dia. Dan siapa tau dia udah ngebohongin gue selama ini.
“Rhe, cowok kayak gitu nggak berguna untuk ditangisin. Lo cewek paling hebat yang pernah gue kenal. Lo pasti akan lebih baik tanpa dia. Percaya sama gue!” kata Doni.
“Lo yakin dengan itu?” tanya Rhea.
“Gue yakin. Sekarang gue antar lo pulang ya,” kata Doni.
“Maaf ya, lo nggak jadi gue traktir makan,” kata Rhea yang masih tersedu-sedu.
“Iya, nggak pa pa,” kata Doni sambil tersenyum.
“Lo emang sahabat gue yang paling baik,” kata Rhea.
“Ya iyalah, kan gue sahabat lo satu-satunya. Siapa lagi yang lebih baik?” canda Doni.
Rhea pun tertawa.
“Gitu dong, ketawa. Tambah jelek kalau lo nangis,” kata Doni.
“Doni!!!” teriak Rhea.

Hari demi hari berlalu. Rhea masih susah untuk melupakan perasaan terluka yang dihadapinya. Perasaan sakit yang susah untuk dibuangnya begitu saja. Bagi dia cinta itu hanya akan membalasnya dengan sakit. Iya takut untuk jatuh cinta lagi. Dia takut akan terluka.

“Rhe, kenapa sih lo diam-diam mulu. Lo udah nggak kayak Rhea yang gue kenal dulu lagi,” kata Doni.
“Mungkin Rhea yang dulu itu udah pergi. Pergi jauh dan nggak akan bisa kembali lagi,” balas Rhea.
“Rhe, lo nggak akan selamanya kayak gini kan? Jangan simpan rasa sakit itu terlalu lama,” kata Doni.
“Mungkin gue akan buang rasa sakit ini kalau gue udah nemuin cowok yang nggak akan bikin gue sakit hati lagi,” kata Rhea.
“Berarti kalau lo udah nemuin cowok itu, lo bakal berhenti kayak gini terus?” tanya Doni.
“Ya,” jawab Rhea.
“Ok,” timpal Doni dan kemudian lari begitu saja.
“Don, lo mau kemana?” teriak Rhea.
Tapi Doni tidak mengacuhkannya dan tetap berlari.

Sore itu turun hujan yang sangat lebat. Rhea tetap menatap hujan itu dan berharap hujan itu akan membasuh rasa sakitnya pergi.
“Rhea!!!” teriak seseorang di luar.
“Doni?” tanya Rhea heran. Rhea pun keluar dan membawa payung.

“Don, ngapain lo disini? Hujan-hujanan lagi,” kata Rhea.
“Lo bilang lo akan berhenti bersikap murung terus kalau ada cowok yang cinta dengan tulus sama lo kan?” kata Doni.
“Iya, trus maksud lo?” tanya Rhea.
“Gue adalah cowok itu. Gue udah suka sama lo sejak pertama kali gue ngeliat lo. Setelah lo jadi sobat gue, gue kira rasa itu akan hilang. Tapi rasa itu nggak pernah hilang, dan perlahan berubah jadi cinta. Gue sakit hati waktu ngeliat lo sama Andre. Tapi gue tahan rasa sakit itu asal lo bahagia,” jelas Doni.
“Trus sekarang lo baru ngungkapin semuanya? Gimana kalau ini semua ngerusak persahabatan kita? Gue nggak mau kehilangan lo,” jelas Rhea.
“Gue juga nggak mau kehilangan persahabatan ini, tapi gue nggak tahan ngeliat lo kayak gini terus,” kata Doni. “Gue nggak mau lo mengenal cinta hanya sebagai pembawa rasa sakit hati. Gue nggak mau lo jatuh terus dalam hidup lo. Gue mau lo bangkit. Gue mau lo kembali jadi diri lo yang sebenarnya.”

“Makasih Don,” jawab Rhea. “Sekarang gue baru sadar kalau lo yang selalu ada buat gue. Gue aja yang nggak nyadar selama ini.”
“Jadi, kamu mau jadi pacar aku?” tanya Doni dengan muka serius.
“Yee, jangan pake kamu aku dong! Aneh!” jelas Rhea.
“Jawabannya apa dong?” tanya Doni lagi.
“ Iya deh…,” jawab Rhea.

“Dan gue janji hal ini nggak akan ngerusak persahabatan kita. Gue nggak akan nyakitin lo. Karena lo yang membawa senyum di hari gue. Dan gue nggak akan membuat lo jatuh lagi.”


0 comments:

Post a Comment

Tuesday, August 14, 2012

Cerpen by Me : "Jatuh..."

Posted by fannypiter at 6:33 PM
“Uh, gue sebel banget!!!” teriak Rhea dengan keras sambil membanting pintu kamar sobatnya, Doni.
“Rhe, jangan banting-banting dong! Kenapa lagi sih?” kata Doni.
“Tu, si Andre. Lagi-lagi batalin janjinya sama gue. Katanya dia ada janji nemenin mamanya ke supermarket,” omel Rhea.
“Ya nggak pa pa dong Rhe. Itu kan mamanya. Wajar dong kalau dia ngebatalin janjinya sama lo demi mamanya,” jelas Doni panjang lebar.
“Emang sih lo bener juga, tapi ini bukan yang pertama kali. Dia serin banget ngeutamain orang lain daripada gue,” omel Rhea lagi.
“Mungkin dia nganggap lo oke-oke aja kali kalau dia batalin janji. Soalnya selama ini lo kan nggak pernah complain ke dia, malahan marah-marah ke gue,” jelas Doni lagi.
“Iya juga sih,” piker Rhea.
“Ya udah, makanya lo yang sabar aja jadi pacarnya Andre. Kalau malas ya putusin aja,” komentar Doni lagi.
“Yeee, lo mah keenakan ngomong aja,” komentar Rhea sambil menimpuk Doni dengan bantak.
“Woi, sakit tauu!!” teriak Doni sambil membalas timpukan Rhea.

Keesokan paginya yang cerah di sekolah Nusa Indah, tampak Rhea yang sedang duduk santai di bawah pohon jambu yang rindang di depan kelasnya.
“Pagi Rhe!!” sapa Andre, cowok yang sudah menjadi pacar Rhea selama 2 tahun ini.
“Pagi juga!” balas Rhea sambil memberikan senyum termanisnya.
“Rhe, sekali lagi aku minta maaf ya kalau udah ngebatalin janji kita kemarin,” kata Andre.
“Nggak pa pa kok Ndre. Lagian itu mama kamu. Aku ngerti kok,” respon Rhea.
“Makasih ya,” jawab Andre sambil mengenggam tangan Rhea.
Rhea pun tersenyum.

“Oh yang lagi senyum-senyum. Lagi seneng banget ya!” komentar Doni.
“Iya, tau aja lo,” balas Rhea yang masih tersenyum lebar.
“Gimana nggak tau. Elo nya senyam senyum sendiri sejak tadi. Semua orang tau kali elo lagi happy,” timpal Doni.
“Oh ya Don, nanti temenin gue ke Gramedia ya. Gue mau beli novel Esti Kinasih yang baru. Mumpung uangnya dah kekumpul nih. Nanti kalau kelamaan, uang gue udah habis duluan,” kata Rhea.
“Kenapa nggak minta temenin Andre aja?” tanya Doni.
“Dia ada latihan judo. Please… lo yang nemenin ya!” bujuk Rhea.
“Ya deh,” angguk Doni setuju yang nggak tahan bilang nggak kalau Rhea udah mohon-mohon kayak gini.
“Nanti traktir ya.”
“Oke,” kata Rhea.

Sore harinya, Doni langsung menjemput Rhea ke rumahnya.
“Ma, Rhea pergi dulu ya!” teriak Rhea.
“Tante, kami pamit dulu ya,” kata Doni.
“Hati-hati ya!” jawab mama Rhea.
Doni pun menyetir mobilnya langsung menuju Gramedia.

“Don, lo nggak beli apa-apa?” tanya Rhea.
“Nggak usah deh, lagi males aja,” respon Doni.
“Menurut lo mana yang bagus antara 2 novel ini?” tanya Rhea.
“Uhm… Fairish aja deh,” jawab Doni.
“Darimana lo tau itu yang bagus?” tanya Rhea.
“Gue dah baca,” jawab Doni.
“Hah? Sejak kapan lo suka baca novel kayak gini?” tanya Rhea heran.
“Waktu tu sebenernya iseng aja ngeliatnya di kamar kakak gue. Trus karena lagi bosen, gue baca deh,” timpal Doni.
“O..o..,” timpal Rhea.
Doni dan Rhea pun menuju kasir untuk membayar buku mereka.

“Lo mau makan apa?” tanya Rhea.
“Terserah lo aja deh,” jawab Doni.
“Gimana kalau bakso ...,” omongan Rhea terputus.
“Kenapa Rhe?” tanya Doni.
“Itu kan Andre! Kenapa dia sama cewek lain?” tegas Rhea emosi.
“Siapa tau cuma temen,” timpal Doni.
“Nggak mungkinlah cuma temen. Pegangan tangan trus ngelus-ngelus kepalanya lagi,” kata Rhea emosi.
Rhea pun langsung berlari ke arah Andre dan cewek itu.

“Ndre, ngapain kamu disini? Trus siapa cewek itu?” tanya Rhea emosi.
“Gue pacarnya. Lo siapa?” jawab cewek itu.
“Gue adalah cewek yang nggak penting dalam hidupnya lagi! Ndre, kita putus!!!” teriak Rhea dan lari sekencang-kencangnya. Doni mengejarnya dari belakang.

“Rhe! Rhe! Tunggu!” teriak Doni.
“Don, kenapa dia tega? Kenapa?” tangis Rhea. “Gue udah pacaran selama 2 tahun sama dia. Dan siapa tau dia udah ngebohongin gue selama ini.
“Rhe, cowok kayak gitu nggak berguna untuk ditangisin. Lo cewek paling hebat yang pernah gue kenal. Lo pasti akan lebih baik tanpa dia. Percaya sama gue!” kata Doni.
“Lo yakin dengan itu?” tanya Rhea.
“Gue yakin. Sekarang gue antar lo pulang ya,” kata Doni.
“Maaf ya, lo nggak jadi gue traktir makan,” kata Rhea yang masih tersedu-sedu.
“Iya, nggak pa pa,” kata Doni sambil tersenyum.
“Lo emang sahabat gue yang paling baik,” kata Rhea.
“Ya iyalah, kan gue sahabat lo satu-satunya. Siapa lagi yang lebih baik?” canda Doni.
Rhea pun tertawa.
“Gitu dong, ketawa. Tambah jelek kalau lo nangis,” kata Doni.
“Doni!!!” teriak Rhea.

Hari demi hari berlalu. Rhea masih susah untuk melupakan perasaan terluka yang dihadapinya. Perasaan sakit yang susah untuk dibuangnya begitu saja. Bagi dia cinta itu hanya akan membalasnya dengan sakit. Iya takut untuk jatuh cinta lagi. Dia takut akan terluka.

“Rhe, kenapa sih lo diam-diam mulu. Lo udah nggak kayak Rhea yang gue kenal dulu lagi,” kata Doni.
“Mungkin Rhea yang dulu itu udah pergi. Pergi jauh dan nggak akan bisa kembali lagi,” balas Rhea.
“Rhe, lo nggak akan selamanya kayak gini kan? Jangan simpan rasa sakit itu terlalu lama,” kata Doni.
“Mungkin gue akan buang rasa sakit ini kalau gue udah nemuin cowok yang nggak akan bikin gue sakit hati lagi,” kata Rhea.
“Berarti kalau lo udah nemuin cowok itu, lo bakal berhenti kayak gini terus?” tanya Doni.
“Ya,” jawab Rhea.
“Ok,” timpal Doni dan kemudian lari begitu saja.
“Don, lo mau kemana?” teriak Rhea.
Tapi Doni tidak mengacuhkannya dan tetap berlari.

Sore itu turun hujan yang sangat lebat. Rhea tetap menatap hujan itu dan berharap hujan itu akan membasuh rasa sakitnya pergi.
“Rhea!!!” teriak seseorang di luar.
“Doni?” tanya Rhea heran. Rhea pun keluar dan membawa payung.

“Don, ngapain lo disini? Hujan-hujanan lagi,” kata Rhea.
“Lo bilang lo akan berhenti bersikap murung terus kalau ada cowok yang cinta dengan tulus sama lo kan?” kata Doni.
“Iya, trus maksud lo?” tanya Rhea.
“Gue adalah cowok itu. Gue udah suka sama lo sejak pertama kali gue ngeliat lo. Setelah lo jadi sobat gue, gue kira rasa itu akan hilang. Tapi rasa itu nggak pernah hilang, dan perlahan berubah jadi cinta. Gue sakit hati waktu ngeliat lo sama Andre. Tapi gue tahan rasa sakit itu asal lo bahagia,” jelas Doni.
“Trus sekarang lo baru ngungkapin semuanya? Gimana kalau ini semua ngerusak persahabatan kita? Gue nggak mau kehilangan lo,” jelas Rhea.
“Gue juga nggak mau kehilangan persahabatan ini, tapi gue nggak tahan ngeliat lo kayak gini terus,” kata Doni. “Gue nggak mau lo mengenal cinta hanya sebagai pembawa rasa sakit hati. Gue nggak mau lo jatuh terus dalam hidup lo. Gue mau lo bangkit. Gue mau lo kembali jadi diri lo yang sebenarnya.”

“Makasih Don,” jawab Rhea. “Sekarang gue baru sadar kalau lo yang selalu ada buat gue. Gue aja yang nggak nyadar selama ini.”
“Jadi, kamu mau jadi pacar aku?” tanya Doni dengan muka serius.
“Yee, jangan pake kamu aku dong! Aneh!” jelas Rhea.
“Jawabannya apa dong?” tanya Doni lagi.
“ Iya deh…,” jawab Rhea.

“Dan gue janji hal ini nggak akan ngerusak persahabatan kita. Gue nggak akan nyakitin lo. Karena lo yang membawa senyum di hari gue. Dan gue nggak akan membuat lo jatuh lagi.”


0 comments on "Cerpen by Me : "Jatuh...""

Post a Comment

 

Fanny's Blog Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos